Jajanan dan cemilan itu memang paling enak. Apalagi kalau kita mendatangi suatu tempat lalu disana terdapat aneka jajanan kuliner nusantara. Mulai dari ketoprak, gado-gado, bubur ayam, dan sebagainya. Sangat menyenangkan. Tapi, sayangnya saya hanya bisa menikmatinya dengan leluasa sejak saya kuliah. Pasalnya, sejak saya kecil sampai dengan saya duduk di bangku SMU, saya tidak pernah dibiasakan makan jajanan pinggir jalan PKL (kaki lima) oleh orangtua saya. Entah kenapa kebiasaan tersebut akhirnya terbawa sampai dengan saya sudah berkeluarga seperti sekarang, termasuk street food yang sering kita temui salah satu contohnya yaitu Festival Kuliner Jajanan Nusantara. Padahal jajanan kaki lima atau yang biasa kita sebut street food tersebut sangatlah nikmat menurut saya.
Orangtua saya termasuk orang yang straight akan kebersihan dan kesehatan. Mereka selalu mengajarkan bahwa street food itu adalah makanan tidak menyehatkan, memakai bahan masakan yang tidak bersih, takut menjadi sakit perut, dan berbagai larangan-larangan negatif berhasil merasuki pikiran saya sampai saya kuliah. Setelah saya mengenal dunia kampus, yang notabene teman-teman saya pendatang dan daerah, pelan-pelan saya mulai dikenalkan yang namanya street food itu. Pertama kali saya diajak mencicipi Festival Kuliner Jajanan Bango. Ah, ternyata enak juga. Dan saya sehat-sehat saja. Saya berhasil membuktikan bahwa street food tidak selamanya itu kotor tapi tidak juga selalu menyehatkan. Asal kita pintar-pintar untuk menjaga kesehatan, dan bisa memilah-milah makanan mana yang bisa kita makan, yang sesuai dengan kondisi perut kita, masalah penyakit perut tentu bisa kita hindarkan. Dan paling saya suka dari street food adalah, MURAH! hehe.. ya! Street food digemari banyak orang termasuk saya selain memang kuliner nusantara banget, dan juga warisan kuliner dari turun temurun.
Selain di Festival Jajanan Bango, street food di Indonesia bisa kita temukan pada event-event besar seperti Jakarta Food Festival, Arabian Night Food Festival, Jakarta Culinary Festival dan lain sebagainya yang dirayakan setiap tahunnya. Saya hampir tidak pernah absen untuk hadir acara tahunan kuliner tersebut. Saking seringnya, akhirnya saya sekarang dinobatkan menjadi food travelers oleh teman-teman saya. Entah apa yang membuat saya dinobatkan seperti itu. Mungkin karena saya sangat menyukai kuliner nusantara, dan hampir setiap minggu saya selalu hunting tempat-tempat kuliner baru bersama suami saya tercinta. Apalagi bila kuliner nusantara dari berbagai daerah berkumpul di satu tempat seperti Festival Kuliner pasti saya akan menyempatkan diri untuk hadir. Baik dari sekedar mencicipi kulinernya, maupun untuk meliput eventnya. Membuat saya menjadi kaya akan pengetahuan makanan dari berbagai daerah. Indonesia itu surganya kuliner. Mulai dari yang biasa saya temui setiap hari, sampai makanan yang belum pernah saya temui. Dan itu menjadi pengalaman unik dan istimewa buat saya.
Sekarang masyarakat Indonesia memiliki pola makan yang beragam dan unik. Melihat kenyataan tersebut, para pelaku kuliner juga dituntut untuk bisa lebih kreatif dan unik dalam mengelola dan juga menyajikan kuliner-kuliner nusantara tapi masih harus mempertahankan warisan kuliner nenek moyang kita. Sayangnya street food di Indonesia masih kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Mulai kurangnya tempat yang memadai untuk fasilitas berjualan, dan juga fasilitas air bersih untuk mencuci peralatan masak ataupun makan dari si pelanggan. Padahal menurut saya jika pemerintah bisa memberikan sedikit perhatian lebih kepada para pelaku kuliner ataupun para pelaku UKM (Usaha Kecil Menengah) nya, street food ini bisa menjadi ajang pelestarian warisan kuliner budaya nusantara dan bisa mendatangkan turis dari manca negara. Yang dimana berpotensial untuk menambah devisa negara dalam hal pariwisata serta mengajak mereka semakin mencintai kuliner Indonesia.
Indonesia juga bisa belajar dari event street food di dunia. Salah satunya adalah World Street Food Congress 2013 yang diselenggarakan pada tanggal 31 Mei - 9 Juni 2013 di F1 Pit Building & Paddock, Singapore. Event ini merupakan bagian dari World Sreet Food Jamboree Feast. Salah satunya yaitu melalui Femina Foodlovers Competition ini. Ajang yang sangat baik dan pastinya ditunggu-tunggu oleh semua penikmat dan pecinta dunia kuliner, khususnya bagi Femina Foodlovers. Sayapun setelah mengetahui ajang ini sebagai foodlovers, dan pecinta kuliner sejati, sangat antusias untuk ikut blog competition yang diadakan oleh Femina ini. Bagaimana tidak, melalui ajang ini, 1 orang pemenang World Street Food Congress 2013 ini akan diberangkatkan ke Singapore untuk mencicipi street food terbaik di dunia secara gratis lho! woww :)
Melalui ajang World Street Food Congress 2013 ini kita bisa mendapatkan segudang informasi mengenai kuliner di dunia. Akan menampilkan 40 macam best street food yaitu dari negara India, Thailand Vietnam, Amerika Serikat, Malaysia, Meksiko, Kopenhagen, Cina dan Singapura, dan salah satunya yaitu dari negara Indonesia. Kita bisa belajar dari koki yang berbeda dari setiap negara mulai bagaimana cara penyajiannya, dalam hal pelayanannya, penentuan harga, dari segi higenisnya, dan bahkan bagaimana menjadikan itu suatu peluang bisnis bagi masyarakat. Disana kita bisa ketemu dengan William Wongso loh :) beliau akan tampil dalam acara dialog kuliner, dan disana akan ditampilkan makanan legendaris kebanggaan Indonesia yaitu Kue Pancong, Pisang Roa, Nasi Kapau, Soto Tangkar dan Sate Kuah :) wah bangganya. Jika kita bisa belajar dari street food di dunia, dan jika kita bisa terapkan di Indonesia, bukan hal yang mustahil yang nantinya akan meningkatkan devisa negara dalam hal budaya kuliner. Kita bisa belajar bahwa bukan dari cara penyajiannya saja untuk terlihat lebih cantik, tapi kita juga belajar bagaimana kita bisa melestarikan warisan budaya leluhur kita.
Semoga event-event festival kuliner yang ada di Indonesia akan tetap terus ada. Supaya bisa mengapresiasikan hasil karya anak bangsa melalui dunia kuliner, sekaligus melestarikan warisan nenek moyang kita. Karena kuliner Indonesia adalah warisan budaya nusantara indonesia. Bagaimanapun juga, mau bagaimanapun bentuknya, higenis atau tidak, saya tetap mencintai kuliner Indonesia.
0 comments:
Post a Comment